Pagi masih hijau,
Saat kau kayuh sepeda reotmu
Rodanya berputar berat mendaki
gundukan jalan yang terus mendaki
keringat bercucuran... membasahi tulang wajahmu
Yang tak lagi muda.....keriput dan lelah
matahari makin garang membakar kulit...
Namun roda si kumbang tetap melaju...
berkelok... menanjak.. menjerit lelah...
Lalu menukik tajam di balik bukit...
Tapak kaki tanpa sandal itu talah begitu mengapal
Di pasar pagi sebuah dusun
Di balik bukit itu...
Kau gantung harapan...
Barang seikat sayur2 ini kan terbeli...
Terbayang wajah renta sang istri
Yang kini mungkin tengah mencari kayu dan ranting
Tersenyum sambil menyodorkan scangkir kopi pahit kesukaannya
Tidak seberapa lembar rupiah ia mampu memberi
Tapi dia merasa cinta kasih wanita itulah
Yang sllu membuatnya mampu melewati semua tanjakan dan curaman ini...
8 komentar:
puisi yang kritis, manis meski hati sedikit teriris....siiiip sis...heheheh
Si tua yang pantang menyerah dan punya banyak cinta... wah jadi iri nih mbak...
@mas buwel..makasis heheh...
@mas goen..sama mas.. q juga iri ..hehehhe
mantep banget puisinya,,,
benar-benar menyentuh
makasih mas...dah berkunjung
wawh... bagus bgt.
numpang baca2 yaa, sekalian belajar. T-O-P B-G-T dah :D
@izar...halah biasa aja hehh.. berlebihan dah kamu.. heheh btw makasih ya dah mampir di bloq aq
duh..jadi bermimpi punya pendamping yang bisa mengiringi langkahku sampai tua dan tetap membuatku tersenyum dalam suka maupun duka..
Posting Komentar