Minggu, 19 Juli 2009

pak tua

Pagi masih hijau,

Saat kau kayuh sepeda reotmu

Rodanya berputar berat mendaki

gundukan jalan yang terus mendaki

keringat bercucuran... membasahi tulang wajahmu

Yang tak lagi muda.....keriput dan lelah

matahari makin garang membakar kulit...

Namun roda si kumbang tetap melaju...

berkelok... menanjak.. menjerit lelah...

Lalu menukik tajam di balik bukit...

Tapak kaki tanpa sandal itu talah begitu mengapal

Di pasar pagi sebuah dusun

Di balik bukit itu...

Kau gantung harapan...

Barang seikat sayur2 ini kan terbeli...

Terbayang wajah renta sang istri

Yang kini mungkin tengah mencari kayu dan ranting

Tersenyum sambil menyodorkan scangkir kopi pahit kesukaannya

Tidak seberapa lembar rupiah ia mampu memberi

Tapi dia merasa cinta kasih wanita itulah

Yang sllu membuatnya mampu melewati semua tanjakan dan curaman ini...





8 komentar:

buwel mengatakan...

puisi yang kritis, manis meski hati sedikit teriris....siiiip sis...heheheh

cahyadi mengatakan...

Si tua yang pantang menyerah dan punya banyak cinta... wah jadi iri nih mbak...

dewi mengatakan...

@mas buwel..makasis heheh...
@mas goen..sama mas.. q juga iri ..hehehhe

Anonim mengatakan...

mantep banget puisinya,,,
benar-benar menyentuh

dewi mengatakan...

makasih mas...dah berkunjung

Izar mengatakan...

wawh... bagus bgt.
numpang baca2 yaa, sekalian belajar. T-O-P B-G-T dah :D

dewi mengatakan...

@izar...halah biasa aja hehh.. berlebihan dah kamu.. heheh btw makasih ya dah mampir di bloq aq

NOOR'S mengatakan...

duh..jadi bermimpi punya pendamping yang bisa mengiringi langkahku sampai tua dan tetap membuatku tersenyum dalam suka maupun duka..