Jumat, 26 Juni 2009

lanjutan perasaan hati

Seminggu sudah lewat masa pendakian yang menyenangkan, smua kembali pada aktivitasnya masing2, Sandi sibuk dengan CPU dan tetek bengek komputernya, maklum selain belajar di teknik informatika dia juga nyambi buka rental di rumahnya. Bahar , si anak hukum itu kenbali menekuni pasal2 KUHAP nya. Bram kembali sibuk wara wiri di markas Mapala, sedang Randu lebih memilih bermalas malasan di kamar kosnya yang di dekor warna hijau. Lain halnya denagn Devina yang sibuk bisnis sepatu, Luna malah sedang menikmati patah hati di rumah opungnya di bandung.

Jam 11 siang di tempat kos randu, suasana sepi. Seorang cewek celingak celinguk di depan pintu, matanya yang bulat gede tampak melihat kesana kemari sampai si empunya kos menepuk pundaknya dari belakang.

“ Woi ngapain lu.. mau nggarong ya?” teriak cowok itu, si cewek gelagapan gak sadar menyumpahi si cowok “ sialan..eh sialan siapa ngagetin gue”ucapnya sambil menoleh

“ oh Randu” ucapnya malu

“ napa Dev, nyari gue?”

“ gue mau ngajakin lo ke Bandung”

“ Ke bandung, ngapain?”

“ gue mau kulakan sepatu, nah maksud gue sekalian nemuin Luna” ajak devina polos. Gadis itu memang gak tau story tentang Randu n luna, cuma dia sedikit sedikit dengar dan gak percaya maka nya dia mau buktiin omongan anak2 mapala bener gak katanya Randu dan Bram gak akur, gara2 rebutan Luna, ahh rasanya hatinya begitu dongkol tapi berusaha di tutupinya.

“ memangnya Luna di sana?tanya Randu penasaran, entah kenapa ada desir aneh setiap nama Luna di sebut.

“ Kata Bram sih, gue abis dari base camp mapala tadi”

“Lo tuh niatnya kulakan sepatu apa kulakan cowok? Heheh”

“ya dua 2 nya hehe... gue beneran kulakan sepatu, ada beberapa pesenan teman?” ucap Devina.

“ Dev lo tuh unik banget ya, jarang loh ada cewek kayak lo,mandiri banget” puji Randu membuat cewek itu tersipu malu.

“ biasa ajalah Ndu, lagian mumpung masih muda” Randu tersenyum, dalam hatinya ia kagum akan kemandirian gadis di depannya ini.

Perjalanan ke Bandung kali ini terasa lambat bagi Randu, padahal Randu sering juga main ke rumah Rino, sahabatnya semasa SMP dulu di daerah Dago, akan tetapi kali ini rasanya kereta berjalan begitu lambat, semua mungkin karena Randu begitu nervous, dalam otak nya dia terus saja mereka-reka bagaimana pertemuannya dengan Luna Arkadewi, cewek yang slama ini telah memporak porandakan benteng kekerasan hatinya. Diam2 dia berkhayal bisa ngobrol tentang gunung, tentang perasaannya, tentang kehidupan dengan wanita anggun nan tangguh itu. Hal yang tidak pernah dia lakukan selama ini bahkan mungkin menjadi impian terbesarnya selama ini. Di dalam kereta yang terus melaju membelah hamparan sawah Randu sampai terkantuk kantuk, sementara di sampingnya seorang cewek tengah asik memandang wajahnya. Gadis itu tersenyum penuh kasih pada cowok di sampingnya itu, sayang sang cowok tak melihat.

Rumah itu tidak terlalu besar, akan tetapi terkesan sejuk dan rindang. Sebatang pohon Rambutan berdiri kokoh di halaman depan. Buahnya yang merah menggoda tampak bergerombol di sela2 daunnya, makin mempermanis rumah tersebut. Devina yang berdiri di depan pagar tampak ngiler melihat ke elokan buah rambutan itu. Apalagi sedari pagi dia belum makan, Beberapa kali dia mencoba menggapai beberapa biji rambutan yang buahnya samapi keluar pagar.

“ Dev, lo tuh apaan sih” Randu jadi kesal ngeliat ketomboian Devina yang mulai keluar.

“Habis gue laper ndu, mana Luna gak kluar2 lagi”

“ Tuh dia” tunjuk Randu. Wajahnya yang tadi biasa aja langsung tegang ngeliat sosok cewek yang tengah berjalan ke arahnya. Rasanya dia gak bisa menggambarkan perasaannya saat ini yang bercampur aduk.

“ hai” sapa gadis berkulit putih itu.

Di ruang tamu mereka duduk berhadap hadapan, lagi2 kebekuan tercipta, untung ada Devina si pencair suasana.

“ Lun, betah banget disini, kapan balik ke kampus?”

“ Entahlah, mungkin beberapa minggu lagi”

Randu yang sedari tadi diam, sempat mencuri pandang ke arah Luna dan gawatnya saat itu Luna juga tengah menatapnya. Tanpa di komando mereka berdua langsung memalingkan muka, persis banget kayak anak SMP yang lagi jatuh cinta. Apa daya ini memang yang pertama kalinya bagi Randu.

“ oh ya ada apa koq bela2 in kesini?” tnya Luna dengan nada rada kecut , sebenaranya sejak kedatangan mereka berdua tadi, Luna jadi kian yakin kalo ada apa2 antara Devina dan Randu dan itu makin membuatnya cemburu. Akan tetapi rasa itu di tutup2inya dan mencoba tegar.

“ gue cuma nemenin Devina kulakan sepatu”

“ ya gue yang ngajak” potong Dev seolah2 nunjukin taringnya, dalam pikirannya dia ngerasa saat ini dia adalah singa yang sedang menghalau kambing betina yang mendekati pujaannya. Luna langsung menatap tajam pada Randu dan Devina, hatinya semakin yakin, pedih sekali hatinya.

Malam itu randu dan Devina menginap di rumah Luna. Walau sebenaRnya hati Luna ngerasa gak rela tapi dia gak enak karena 2 orang itu adalah teman mapalanya..

Malam mulai merayap, Devina belum juga balik dari produsen sepatunya, tadi randu sengaja balik duluan ke rumah Luna, karena dia berharap punya waktu walau sesaat untu ngobrol dengan cewek itu... dia sungguh ingin walau keinginan nya itu harus di bayar dengan omelan dan ngambeknya Devina. Biarlah dia rela di omeli Devina...

Tapi sekarang dia ingin... inginnn sekali berdua dengan Luna arkadewi.

Malam makin tua, 2 orang duduk berdua di terangi sinar bulan, dengan background taman belakang, sinar bulan menerangi sebagian wajah mereka. Menimbulkan pemandangan yang wow, dua mahluk Tuhan yang diciptakan Tuhan begitu rupa sedang duduk berdua beratapkan langit yang tengah cantik2 nya ber hias taburan bintang.

Randu melihat wajah di sampingnya, hatinya berdegup kencang, sungguh dia tak bisa lagi menyanggah hatinya. Tapi dia tak tau bagaimana untuk memulai berbicara dengan persaan cinta, tak tau bagaimana berkata2 manis degna wanita, tak tau caranya merayu....

“ Ndu, em lo.. pacaran dengan Devina ya?” tanya Luna mengagetkan Randu

“ hah..siapa bilang, enggak … enggak lun” jawabnya gugup, berbicara dengan gadis ini selalu membuat lidahnya kelu.

“ Tapi malam itu, di Semeru, lo dan Dev.. “ kejar Luna

“Oh itu, ya...emm dia hnya sedikit sedih dan gue menghiburnya..” jawab Randu berbohong, habis dia gak tau mesti jawab apa. Rona wajah Luna mulai mencerah dan tanpa Randu tau ada senyum kecil di bibir Luna. Lama mereka bisu, di hati mereka sungguh saling penasaran dengan dengan perasaan sang lawan bicara. Hati mereka juga tengah di selimuti bahagia karena baru malam ini, moment yang mereka impi2 kan begitu lama, nyata terjadi malam ini.

Dengan mengumpulkan keberanian yang begitu besar Randu akhirnya menyerah...menyerah pada kenyataan bahwa dia memang telah jatuh cinta pada gadis ini.. sejak mereka sering bertemu di mapala, sejak malam ini..dia harus mengatakan nya...

“Lun..”

“Hm.. ada apa?”

“ gue cinta elo Lun” Dengan cepat Randu mengucapkannya, Luna pun tergugu...

Dia sama sekali gak menyangka kalo perasaan mereka sama., dia tertunduk, tersipu, di hatinya begitu meriah bagai petasan.

“ gue juga mencintai lo Ndu” ucapnya pelan

“Apa?” tanya Randu seolah tak percaya dengan pendengarannya.

“ Luna juga cinta Randu”tegas Luna lagi. Randu begitu bahagia.. hingga tak sadar dia berteriak saking girangnya... Apa daya.. ini penembakan yang perdana dalam hidupnya dan … berhasil...

Ya di saksikan Bulan yang malu, mawar dan melati di kebun ini, malam yang pekat, Cinta terungkap sudah, janji telah di tancapkan. Namun di kejauhan, di bawah rambutan ada sepasang mata bulat yang menangis, hatinya hancur namun akhirnya di tau.. kambing betina itu telah mendepaknya.

tamat





Tidak ada komentar: